Jakarta - Tak hanya mengedepankan chipset dan dukungan
teknologi terkini, salah satu motherboard besutan ECS juga mengandalkan
sebuah teknologi yang membuatnya kebal terhadap butiran debu.
Produk
tersebut adalah ECS A970-A DELUXE yang mendukung socket AMD AM3 dan
AM3+ APU. Motherboard ini juga dijanjikan sudah mendukung Windows 8
seutuhnya berkat tampilan BIOS yang modern.
ECS A970M-A DELUXE
dirakit dengan menggunakan chipset AMD 970 yang sudah mendukung keluaran
suara 8 channel. Tak ketinggalan juga fitur overclocking yang siap
memanjakan para penggunanya.
Namun dari itu semua, produk ini
ternyata memiliki fitur unik yang mereka sebut Anti-Dust Shield
Technology (ADS). Teknologi ini mencegah gangguan debu pada morherboard
yang biasanya membuat komputer menjadi tidak stabil.
Untuk jangka
panjang, debu juga dituding dapat melumpuhkan PC karena overheating,
short-circuits dan kerusakan pada deteksi kartu grafis dan memori.
A970M-A
DELUXE juga sudah tersertifikasi sebagai motherboard ECS Nonstop
Technology yang dibuat sebagai pengaman. Fitur ini meliputi plat
berwarna emas pada bagian-bagian penting, kapasitor solid yang 6 kali
lebih tangguh, proteksi Electrostatic Discharge (ESD) untuk USB 3.0, USB
2.0, Esata dan LAN.
Dalam keterangan yang diterima detikINET,
Jumat (2/11/2012), A970M-A DELUXE yang dibuat dalam form factor ATX
sudah memiliki 2 slot PCIe x16 untuk CrossFireX, 2 PCIe Gen2 x1 slots
dan PCI slots untuk kartu-kartu lainnya.
Motherboard ini juga
mendukung penggunaan memori hingga 32 GB DDR3 yang dapat diinstal dalam 4
DIMM dengan kecepatan standart maksimum 1866 MHz, atau sampai dengan
2133 MHz saat di-overclocking. Terdapat koneksi 5 SATA 6 Gb/s untuk disk drive berkecepatan tinggi dan perangkat penyimpanan lainnya.
Sumber : http://inet.detik.com/read/2012/11/02/075423/2079354/317/anti-debu-jadi-fitur-andalan-motherboard-ecs?i991101105
www.gunadarma.ac.id
Rabu, 09 Oktober 2013
RAGAM BENTUK BAHASA : ILMIAH, SEMI ILMIAH DAN NON ILMIAH
Perbedaan Karangan Ilmiah dengan Non-ilmiah dan Semi Ilmiah :
Istilah karangan ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan
dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya
fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal
yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun
nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya
memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama,
karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual
objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan
objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan
atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis.
Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara
tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui
proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam
pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan
kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya
ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa
dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain
karangan ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat
juga karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli
bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan
karangan ilmiah dan nonilmiah.
Finoza (2005:193) menyebutkan
bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah,
dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi
karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam
di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu
teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan
semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada
istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika
penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan
kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah
agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan
ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat
pada karangan semi-ilmiah.
Sujud Syukur
Dikala hambamu mengucap,
suara tangis bahagia terdengar dari sang dewi pertiwi.
Dikala hambamu tau,
kala itu air masih mengalir menelusup masuk ke sungai - sungai kecil
tapi entah kemana dia pergi,
hilang tak pernah bermuara.
Bahkan ikan ikan kecil pun mati,
perut ikannya pun kita gadaikan pada renternir yang
menjual minuman keras kala itu,
Kini, sang dewi sudah tak bisa lagi menangis,
jasadnya seperti sampah kotor yang ditimbun dalam tanah.
Di kala itu hambamu tersandung,
pernah kilatan petir menusuk dada hambamu,
mereka mengambil isinya untuk diantarkan kepada pemilik rumah kosong.
Dari kala itu hambamu mengucap
"laailaha illallah muhammadarasulullah, laailahaillah astagfirullahaladzim"
Perlahan sang pemilik rumah masuk menghantarkan lilin...
by : Dwi Azmi
* Dimengerti lah dan Pahami lah
www.gunadarma.ac.id
suara tangis bahagia terdengar dari sang dewi pertiwi.
Dikala hambamu tau,
kala itu air masih mengalir menelusup masuk ke sungai - sungai kecil
tapi entah kemana dia pergi,
hilang tak pernah bermuara.
Bahkan ikan ikan kecil pun mati,
perut ikannya pun kita gadaikan pada renternir yang
menjual minuman keras kala itu,
Kini, sang dewi sudah tak bisa lagi menangis,
jasadnya seperti sampah kotor yang ditimbun dalam tanah.
Di kala itu hambamu tersandung,
pernah kilatan petir menusuk dada hambamu,
mereka mengambil isinya untuk diantarkan kepada pemilik rumah kosong.
Dari kala itu hambamu mengucap
"laailaha illallah muhammadarasulullah, laailahaillah astagfirullahaladzim"
Perlahan sang pemilik rumah masuk menghantarkan lilin...
by : Dwi Azmi
* Dimengerti lah dan Pahami lah
www.gunadarma.ac.id
Langganan:
Postingan (Atom)